Prabowo Subianto: Indonesia Ini Tekor Hidupnya Dari Utang

  • Jumat, 06 Juli 2018 - 06:54:18 WIB | Di Baca : 1542 Kali

SeRiau - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto menganalogikan kondisi perekonomian Indonesia saat ini seperti sebuah warung yang modalnya lebih besar dari pendapatan. Lama-lama warung tersebut akan mengalami kerugian dan ini menurutnya sebuah ancaman yang harus diantisipasi.

Ia mengatakan, saat ini nilai ekspor melemah dibandingkan impor. Ia juga mengkritisi melemahnya nilai tukar rupiah atas dolar Amerika dalam beberapa waktu terakhir. Menurutnya, mata uang akan kuat jika disertai dengan produksi yang meningkat.

"Mata uang akan kuat kalau produksinya kuat. Setiap negara di dunia kalau punya produk yang kuat, hasil mata uang akan kuat. Ini tandanya berarti produksi kita belum kuat. Ini digambarkan beberapa bulan yang kita ekspor kurang dari yang impor, yang kita jual kurang dari yang kita beli. Akibatnya istilah sederhana warung, kita tekor. Indonesia ini tekor hidupnya dari utang," kata Prabowo di rumahnya, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, JakartaSelatan, Kamis (5/7) malam.

Harga berbagai kebutuhan pokok belakangan ini menurutnya semakin memberatkan rakyat. Pihaknya melihat tahun ini penurunan nilai rupiah cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Rupiah kita juga semakin lemah. Kita hitung tadi dalam lima tahun rupiah kita melemah hampir 60 persen dari Rp 9.000 ke Rp 14.000. Jadi kita melemahnya dari tahun 2013, Rp 5.000 ya hampir 60 persen," sebutnya.

Penurunan nilai tukar rupiah yang lebih dari 50 persen sejak 2013 ini, menurutnya, membuat Indonesia tambah miskin. "Lebih dari 50 persen kita melemahnya. Artinya kita tambah miskin 50 persen," ujarnya.

Prabowo menambahkan, melemahnya nilai tukar rupiah ini tak bisa ditampik tak berdampak bagi masyarakat. Pasalnya selama ini Indonesia tergantung dari impor, termasuk obat-obatan yang bahan bakunya banyak diimpor.

"Saya dapat laporan juga bahwa rumah sakit, Puskesmas, BPJS uangnya mungkin tinggal satu bulan lagi. Jadi ini harus diwaspadai. Ini baru laporan yang kita terima, harus kita konfirmasi apa benar atau tidak. Mungkin wartawan yang harus konfirmasi," pungkasnya. (**H)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar